Salam

Salam

Me and Friends

Me and Friends
'Kepompong' Sahabat

AKU DAN PANGERAN


 Seperti biasa suasana di sekolahku, begitu ramai, rindang, dan sejuk. Di depan ruang kelas dan gedung lainnya ditanam pepohonan yang begitu rindang dan menyejukkan, lapangannya luas bagaikan padang rumput stepa, serta gedung-gedung yang sangat bersih. Tawa dan canda para siswa ikut mewarnai suasana sekolah ini. Tak terlupa juga wajah-wajah riang Kirana dan sahabat-sahabatnya.
Kirana adalah siswi kelas XI. Dia anak yang pandai dan ramah. Tidak mengherankan jika prestasinya sampai segudang dan banyak orang yang menyukainya. Sebenarnya saja Ichan juga tidak cantik, hanya saja karena kebaikan hati dan keramahannya itulah dia disukai teman-temannya. Seyumnya yang manis menambah kekuatan inner beauty-nya.
Sekarang ini, Kirana sedang pe-de-ka-te dengan seorang cowok yang pandai dan cakep, namanya Saitochi atau biasa dipanggil Aik. Mereka tidak sekelas, tetapi kelas mereka bersebelahan. Tak mengherankan jika jam istirahat mereka terlihat berdua di depan kelas.
Kedekatan Aik dengan Kirana ini membuat iri hati Zena. Dia tidak pernah merasa suka ketika melihat Aik sedang mendekati Kirana. “Ah, apaan sih Kirana tuh. Udah jelas-jelas aku tuh paling cantik di sini, tapi kenapa Aik lebih memilih Kirana? Alah, paling Kirananya aja yang kegatelan!” Gerutu Zena.
“Loh, kam kok kayak gitu sih Na? Kirana itu kan sahabat kamu sendiri dan sahabat kita juga. Harusnya kmu ikut seneng donk kalau Kirana seneng,” Nasihat Ichan, sahabat Kirana an Zena.
“Iya, Na. Betul apa yang dikatain Ichan tadi. Kamu nggak boleh iri gitu donk!” Lanjut Sasha.
“Idih...., siapa juga yang ngiri? Alah, ngomong aja kalau kalian tuh ngiri ma aku, ya kan? Pokoknya aku mau mutusin hubungan mereka,” Sahut Zena keras kepala. Rencana jahat ini diketahui oleh Ichan dan Sasha. Mereka berencana untuk segera memberi tahu rencana jahat Zena ini. Tetapi, mereka selalu dihalang-halangi oleh Zena.
Untuk melancarkan rencananya, Zena berpura-pura baik dan menjadi sahabat setia Kirana. Kirana pun tidak tahu kalau Zena itu hanya berpura-pura. Taktik yang digunakan Zena pun pas banget. Dia selalu mendukung Kirana untuk bisa dekat dengan Aik. Padahal Zena justru ingin memutuskan hubungan mereka.
Suatu hari, di sekolahku diadakan pemilihan “The King and Queen,” yang diikuti oleh seluruh siswa-siswi. Tak tertinggalkan juga, Kirana, Aik, dan Zena.  Ini kesempatan bagus buat Zena. Pemilihan ini meliputi Ajang Kreatif, Face, Bakat seni (menyanyi dan berakting), serta Modelling. Tentu Kirana merasa minder ketika kontes Face. Tetapi atas dukungan Aik, Kirana pun menjadi semakin semangat lagi dan yakin bahwa dirinya akan menang. Season demi season lomba sudah diikuti. Pengumuman pemenang “The King and Queen” dilaksanakan dua minggu setelah perlombaan usai. Esok harinya, anak-anak melakukan aktivitas  sekolah seperti biasa.
Pagi-pagi sekali Kirana berangkat ke sekolah. Dia datang lebih awal karena banyak tugas. Ketika Kirana sedang membuat karya tulis, Aik menemuinya.
“Pagi Kirana.... Baru ngerajen apa nih? Kok serius amat,” Sapa Aik.
“Eh, pagi. Kamu ngagetin aku aja sih. Ini aku baru buat karya tulis,” Jawab Kirana.
“Loh, Ki karya tulis apa? Kok aku ga tahu ya.”
“Ehm, ini aku ikut lomba KIR tentang penelitian tumbuhan.”
“Wow, rajin banget sih kamu. Aku bantuin ya?”
“Iya.”
Lima belas menit kemudian, Zena datang, tetapi dia tidak langsung masuk kelas. Zena begitu kaget melihat kedekatan Aik dengan Kirana. Betapa panas dan cemburunya hati Zena. “Uuugh, apaan sih? Harusnya Aik tuh ama Aku bukan dengan cewek kampungan itu. Huuggghh!” Gerutu Zena. Kesabaran hatinya sudah tidak bisa ditahan. Cemburu hati dan emosi kini membutakan hati Zena. Cinta memang buta (Love is blind). Kebutaan ini membuat Zena bersemangat untuk melaksanakan rencana terakhirnya, yaitu mengadu domba Aik dengan Kirana. Ya, inilah klimaks dari semua rencana Zena.
“Ya, bener banget nih. Aku harus nglancarin rencana yang terakhir. Hmmm, lihat aja Kirana, mungkin sekarang kamu bisa bahagia tetapi enggak buat besok dan SELAMANYA. Ha...ha...ha..ha,” Kata Zena dengan yakin.
Selesai membantu Kirana, Aik kembali ke kelasnya karena sebentar lagi pelajaran dimulai. Hari ini, pelajaran hanya sampai pukul 10.00 karena guru-guru akan ada rapat komite tentang kurikulum tahun ajaran baru. Para siswa pun bersorak gembira mendengar kabar ini. Bisalah, namanya juga anak muda pasti akan senang kalau sekolah pulang awal.
Kebetulan hari ini Aik ingin mengajak Kirana jalan-jalan. Maklum sajalah, akhir-akhir ini Kirana sudah jarang main bareng sama Aik. Setelah bel pulang sekolah berbunyi, tanpa menunggu lama Aik langsung menghampiri Kirana.
“Kirana, hari ini kamu ada acara nggak?” Tanya Aik malu-malu.
“Ehmm, kayaknya nggak ada tuh. Hari ini aku baru free, semua tugas dah selesai dan aku juga ingin menghirup udara segar. Memang ada apa Ik?” Jawab Kirana senyum.
“Gini Ki, aku mau ngajakin kamu jalan-jalan. Ya, akhir-akhir ini kan kita dah jarang banget main bareng cause kamu sibuk banget. Kamu mau nggak?”
It’s okay. Itung-itung ini refreshing buat aku. Kita mau ke mana nih?”
“Gimana kalau kita pulang dulu aja, biar bisa mandi gitu? Terus nanti sore kamu aku jemput dan kita jalan-jalan ke taman sekalian ke kafe.”
“Ide bagus. Sekalian mapir ke toko buku ya?”
“Iya, Nona manis.”
Hari ini adalah hari paling bahagia buat Kirana dan Aik. Tadi pagi ngerjaen tugas bareng, pulang bareng, terus jalan bareng, dan makan bareng di kafe lagi. So sweet banget. Aku aja juga pengen. Hemm, sweet memory ini tak akan bisa dilupakan oleh Kirana dan dia juga tak lupa untuk mencurahkan pengalamannya pada “Chika,” buku diary-nya.
Pagi ini langit begitu cerah. Mentari tersenyum lebar dan membagikan sinarnya ke seluruh pelosok dunia. Udara yang segar menambah semangat orang-orang untuk bekerja. Hari ini, Kirana datang ke sekolah bersama Ichan dan Sasha. Sejak dalam perjalanan sampai duduk di kelas, Ichan dan Sasha menceritakan rencana jahat Zena.
“Ki, Zena tuh cuma berpura-pura baik ma kita. Dia tuh ‘Musuh dalam selimut.’ Dia juga ingin menghancurkan hubungan kamu ma Aik cause dia iri ma kamu. Kamu harus percaya ma kita Ki!” Kata Ichan meyakinkan.
“Iya, Ki. Kamu harus percaya. Apa yang diomongin ma Ichan tuh bener. Kita tuh kan dah sahabatan sejak SD, masak iya sih kita mau ngebohongin kamu?” Tegas Sasha.
“Ah, nggak mungkin banget. Ya udah sebagai prayakin, aku akan hati-hati ma Zena,” Jawab Kirana setengah yakin.
Lima menit kemudian, Zena mendatangi mereka dan mendekati Kirana. Zena meminta Ichan dan Sasha pergi sebentar karena dia ingin ngobrol sebentar dengan Kirana.  Ichan dan Sasha khawatir dengan Kirana. Mereka yakin bahwa Zena akan melancarkan rencana terakhirnya.
“Ada apa sih Zen? Kok kamu malah ngusir Ichan dan Sasha sih? Dia tuh kan juga sahabat kita,” Tanya Kirana penasaran.
“(Hah, kita Lo aja kali gua enggak. Siapa juga yang mau sahabatan ma kamu). Eh, gini Ki aku mau ngomong yang sebenernya tentang Aik,” Kata Zena memelas.
“Loh, memang ada apa dengan Aik?”
“Ki, kamu tuh dah dibohongi ma Aik. Aik tuh playboy super kadal. Tampangnya aja yang cakep tapi hatinya busuk banget.”
“Aku nggak percaya. Memang apa buktinya?”
“Baik, sekarang kamu ikut aku ke kelas Aik. Kita buktikan di sana.”
Mereka kemudian menuju ke kelas Aik. Di sana, Aik sedang bersama cewek cantik dan terlihat agak mesra. Ternyata, Aik sedang merayu Ocha yang tak lain teman Kirana sendiri.
“Sayang, aku tuh cinta mati ma kamu. Kamu tuh cinta sejati aku. Tak ada cewek lain yang secantik kamu Sayang. Kamu mau kan jadi pacar aku?” Tanya Aik.
“Ah yang bener? Gimana dengan cewek kamu tuh? Masak aku diduakan sih!” Sindir Ocha.
“Cewek yang mana sih. Aku tuh nggak punya cewek. Lagipula aku tuh cuma cinta sama kamu. Cewek-cewek lain nggak ada yang secantik kamu. Gimana kamu mau kan jadi pacar aku?”
“Bener ya kamu belum punya cewek? Ya udah deh aku mau jadi pacar kamu.”
Setelah mendengar kata-kata itu, Kirana langsung lari meninggalkan tempat itu sambil menangis tersedu-sedu. “Kenapa kamu mengkhianati aku Ik? Kenapa?” Tanya Kirana dalam hati. Zena mengejar Kirana dan menenangkan hati Kirana. Walaupun dalam hati Zena merasa senang, dia tetap berpura-pura baik terhadap Kirana.
Hari terus beganti dan dihiasi dengan kesedihan hati Kirana. Kirana selalu menjauhi Aik ketika Aik mendekatinya. Aik menjadi semakin bingung melihat tingkah Kirana yang tiba-tiba aneh. Tidak pernah bicara sepatah kata pun dan tidak pernah menjawab sms ataupun telepon dari Aik. Aik selalu merasa bersalah dan meminta bantuan pada Ichan dan Sasha.
Tanpa berpikir panjang lagi, Ichan dan Sasha menceritakan kejadian yang sebenarnya. Mereka juga menceritakan kejahatan Zena. “Jadi selama ini Zena tuh cuma berpura-pura baik ma kita dan dia juga ingin merebut aku dari Kirana. Picik sekali Zena itu. Terus, apa yang harus aku lakuin Chan?” Kata Aik sedih.
Sasha juga ikut menenangkan Aik. Mereka terus berusaha memperbaiki hubungan Aik dengan Kirana dan meyakinkan bahwa itu tuh cuma salah paham aja. Sebenarnya, di kelas Aik tuh akan ada pentas drama. Kebetulan yang jadi pemeran utamanya Aik dan Ocha. Drama mereka tentang kesetiaan seorang cowok. Nah, ketika Kirana datang, Aik baru sampai pada adegan merayu Ocha. Jadi Kirana menyangka Aik telah berbuat menyimpang.
Ichan dan Sasha berusaha meyakinkan Kirana dengan rekaman pengakuan Ocha tentang adegan itu. Sayangnya, mereka belum sempat memberikan rekaman itu kepada Kirana. Sebenarnya, hari itu ada pengumuman pemenang Kontes The King and Queen sehingga semua siswa memenuhi lapangan untuk menyaksikannya. Ichan dan Sasha berbalik rencana dan akhirnya mereka sepakat untuk membongkar semua kejahatan Zena pada Kirana. Mereka kemudian berdiri di dekat Kirana dan Zena.
Pengumuman pun dimulai. Semua siswa tercekam dan jantung mereka berdebar-debar. Kali ini yang menjadi MC adalah Carissa, teman sekelas Zena dan Aik.
“Oke, sekarang aku bacain siapa pemenang The King and Queen. Dan pemenangnya adalah......Saitochi dan Zena. Yeee, selamat ya,” Kata Carissa.
Semua orang terngangah kagum dan saling bertepuk tangan. Namun, tidak untuk Ichan dan Sasha. Mereka memeluk Kirana yang sedang menangis. Kini Kirana agak yakin bahwa Zena hanya berpura-pura baik dengannya. Sudah terlihat jelas ketika pengumuman tadi Zena malah berjingklak-jingklak, meremehkan Kirana dan mengejeknya. “Tuh kan bener apa yang aku bilang Ki!” Kata Ichan meyakinkan Kirana. “Udah deh, sekarang kita lihat dulu acara selanjutnya. Oh, ya habis ini kita ke kantin bentar ya? Aku mau ngomong sesuatu ma kamu,” Sahut Sasha.
Setelah mengumumkan, Carissa memakaikan mahkota dan selendang King and Queen  serta memberikan piala berbentuk tongkat pada Aik dan Zena. Kemudian Carissa melanjutkan acara tersebut.
“Nah, pemenangnya kan dah diumumin. Gimana kalau sekarang kita suruh King and Queen-nya berdansa?” Ajak Carissa.
“Setuju....setuju!” Jawab para siswa.
Aik terpaksa berdansa dengan Zena. Yang ada dalam pikirannya hanyalah Kirana. Zena hanya tersenyum lebar dan sinis, tampak meremehkan Kirana. Hati Kirana begitu perih menyaksikan kejadian itu dengan mata kepalanya sendiri. Dia tidak tahan melihat Zena berdansa dengan Aik. Kemudian Kirana lari mengajak Ichan dan Sasha ke kantin. Melihat Kirana berlari sambil menangis-nangis, Aik ikut mengejar Kirana dan pergi meninggalkan Zena.
Setelah bertemu dengan Kirana, Aik langsung memegang tangan Kirana dan meminta maaf.
“Kirana, maafin aku ya? Tadi aku juga nggak mau berdansa dengan Zena si nenek sihir itu,” Kata Aik memelas.
“Apa Ik, nenek sihir? Apa maksud kamu?” Tanya Kirana bingung.
“Ya, benar. Nenek sihir jahat yang telah menyihirmu agar kamu tunduk padanya. Dia juga cuma berpura-pura baik ma kamu agar bisa memisahkan kita Ki,” Jelas Aik.
“Jadi benar apa yang Ichan dan Sasha katakan dulu itu?”Tanya Kirana penasaran.
“Ya, Ki. Kalau kamu nggak percaya, nih dengerin rekaman suara Zena,” Sahut Ichan.
Kirana mendengarkan rekaman itu dengan seksama. Akhirnya, sekarang Kirana percaya bahwa Zena adalah musuh dalam selimut. Kemudian Kirana meminta maaf kepada sahabat-sahabatnya dan Aik.
“Nah, sekarang kamu percaya kan ma kita?” Tanya Aik.
“Iya, deh. Tapi aku nggak secantik Zena dan Ocha lho!” Sindir Kirana
“Dasar kamu itu.”
Singkat cerita, akhirnya mereka kembali seperti dulu. Hubungan Aik dan Kirana kembali membaik dan sulit dipisahkan. Tali persahabatan dengan Ichan dan Sasha pun dapat dipertahankan.